About Site ^^

Sunday, October 20, 2013

School Rush 3 Choi Jinri: It’s My Way!!


Author                       : xiubell (@sprinkaan29)

Rating                        : SU

Genre                        : School life, family, friendship, lil’ bit violence, romance, dll

Lenght                       : Multi chapter ( 2 of ??)

Main Cast                 :
·        Park Jiyeon
·        Bae Suzy
·        Lee Jieun
·        Ahn Sohee
·        Choi Jinri
·        Park Chanyeol
·        Kim Myungsoo
·        Kim Minseok
·        Lee Howon
·        Xi Luhan

Support Cast:
·        Choi Minho as Jinri big brother

Genre                        : School life, Friendship, Family, Violence, Romance, etc.

Rating                        : 15+

Summary                  :Ini adalah kisah yang terjadi sebuah sekolah, dimana ada perbedaan kasta yang sangat mencolok. Tertinggi dan paling berkuasa menindas yang lemah dan tidak berdaya. Tapi, jangan pernah melupakkan satu hal, kelemahan adalah sumber kekuatan, dan kekuatan adalah cerminan dari kelemahan.
Dan cerita ini, adalah kehidupan para penghuni sekolah tersebut. G class and S class.
Di sekolah ini, tak ada kata teman
Tapi, di kelas ini,
Kita akan mulai membuat sebuah keajaiban
Let’s change the HELL into HEAVEN..

Choi Jinri:
It’s My Way!!


“YAKKKK!!! WHAT ARE YOU DOING?????” teriakku sekeras mungkin.
Pagi-pagi seperti ini, kenapa harus ada hal yang tidak menyenangkan terjadi di depan mataku!! Seorang yeoja berambut coklat panjang tampak sangat menyedihkan, rambutnya dicengkram dengan kuat, tubuhnya seperti tidak bisa bergerak, yeoja itu sama sekali tidak bisa melawan! Tapi, ketiga yeoja yang sedang melakukan penaniyayaan itu tampak tidak peduli. Mereka terus menerus menyiksa yeoja malang tersebut, hanya sampai saat aku meneriakki mereka. Aku melangkah pelan menuju TKP(?). Lalu, menatap ketiga yeoja penyiksa itu tajam. Terlihat dari sorot mata mereka, bahwa mereka ketakutan. Entahlah, aku tidak tahu kenapa mereka takut, aku kira mereka akan balas menatapku tajam. Tapi, sepertinya mereka tidak menatap takut kearahku, mata mereka tertuju pada sesuatu yang ada di belakangku. Aku membalikkan tubuh, lalu barrulah aku mengerti  alasan ketakutan mereka.
“Oppa??!! Kenapa kau masih di disini?!” Aku menatap Minho oppa heran. Seharusnya dari tadi dia sudah berada di kampusnya. Tapi, kenapa dia masih ada di sini? Seperti mengabaikan pertanyaanku, Minho oppa mencengkram salah satu kerah dari yeoja penganiyaya.
“Ingat! Jangan pernah mem’bully’ orang lain di hadapan YEODONGSAENGKU!!! Para bodyguardnya, akan melaporkan semua kejadian yang dia alami selama di sekolah! Bilang pada yang lainnya juga tentang hal ini! Apalagi sampai menyentuhnya, bahkan walau hanyaseujung kuku, kau akan kehilangan semuanya!!” Lalu, oppa menatapku lembut, sangat berbeda dari tatapannya yang barusan. Tapi aku membalasnya dengan tatapan membunuh.
“Kenapa oppa bisa disini?? Oppa mengikutiku? Bukankah aku pernah bilang, aku  tidak suka diikuti! Dan apaapaan orang-orang ini?” Aku menunjuk para bodyguard yang sudah berada di belakangku.
“Oppa hanya ingin memastikan kau tidak berbuat gegabah, Jinri-ah. Jangan sampai appa mengusirmu” ujarnya penuh perhatian. Tapi, hal itulah yang membuatku muak!
“Aku tidak butuh perlindungan!!” Aku menarik tangan si yeoja rambut coklat, dan segera pergi meninggalkan daerah itu.
“Jinri! Jangan bertindak gegabah!” teriak Minho-babbo-oppa.
“I DON’T NEED YOUR HELP, OPPA!!” umpatku dalam hati.

~O~

Hoshh....hoshh...
Aku berlari sejauh mungkin dari tempat tadi, dan tanpa sadar sudah menuju ke suatu tempat. Aku memperhatikan tempat itu, hanya ada sebuah gudang tua dan banyak rongsokan di sebelah kiri gudang itu. Aku menoleh kebelakan dan mendapati yeoja-korban-bully(?) yang tadi kutarik paksa tangannya. Dia terlihat sangat lelah, menarik napas pun sepertinya sangat sulit untuk yeoja ini.
“Kau tidak terbiasa lari?” ujarku refleks
“......hhhhh.....ne~” ujarnya masih dengan napas yang tidak teratur.
“Kita beristirahat di sana. Biar kugendong kau” Tanpa meminta persetujuan darinya, aku mengendong yeoja itu di punggungku yang lebih kecil darinya. Jangan kira aku akan ambruk. Aku sudah terbiasa dengan hal ini. Aku sudah pernah mengangkat beban seberat yeoja ini sebelumnya. Aku berjalan sambil menggendong yeoja ini ke arah gudang tua itu.
Kriettt...
Seperti dugaanku, pintunya akan berbunyi saat kubuka. Tanpa ku sadari, ada 6 pasang mata yang memperhatikan kedatanganku. Salah satu dari mereka berlari menghampiriku dari sudut ruangan. Seorang namja, ia terlihat sangat terkejut kala melihat yeoja yang sedang kugendong.
“MWOOO!!!??? SUZY-AH, GWENCHANA???” namja itu berteriak tepat di hadapanku. Ia segera mengambil alih si yeoja-korban-bully yang dipanggilnya Suzy-ah (aku tidak tahu nama yeoja ini -_-v)
Kedua temannya yang ternyata adalah yeoja ikut membantu namja itu untuk membaringkan Suzy (sepertinya ini adalah nama si yeoja-korban-bully) di lantai. Aku masih berdiam diri di dekat pintu masuk, memperhatikan apa yang ketiga orang ini akan lakukan. Ternyata mereka hanya membaringkan Suzy di lantai tanpa melakukan apapun, hanya menggoncang-goncangkan tubuhnya saja.
“YAKK! Yeoja ini sedang sakit, kenapa kalian malah membaringkannya di lantai sedingin ini!”Aku menghampiri mereka, lalu mengangkat Suzy dan membaringkannya di atas 2 meja yang berdempet. Lalu, mengambil beberapa kapas dan sebotol obat merah dari tasku. Aku memang selalu membawa P3K kemanapun aku pergi, karena aku sangat sering mendapat luka ringan di tubuhku. Suzy masih dalam keadaan setengah sadar, ketiga temannya menatapku yang sedang mengobati Suzy dengan heran.
“Wae??” tanyaku spontan, aku masih terus melanjutkan kegiatanku untuk mengobati Suzy.
“Nuguya?” ujar satu-satunya namja di ruangan ini. Aku tidak menjawab pertanyaannya. Untuk beberapa saat, bahkan suara detik dari jam tanganku bisa kudengar. Sampai akhirnya aku selesai mengobati Suzy, aku membalikkan badan, dan menatap ketiga orang yang menatapku masih dengan pandangan heran dan menyelidikki.
“Choi Jinri, imnida” ujarku singkat
“Kenapa kau bisa menolong Suzy?”
“Karena aku melihatnya yang membutuhkan pertolongan. Apa itu salah?”
“Andwe!! Bukan itu maksudku. Kau kan sama sekali tidak mengenalnya, kenapa kau mau bersusah payah menolongnya?”
“Karena dia butuh pertolongan!”
“Aaahh~~ ne, you’re really nice person. Daebakkk!” namja itu melanjutkan perkataannya “Kim Minseok, imnida”
“Ahn Sohee imnida”
“Jiyeon imnida”
Ujar ketiga orang itu bergantian.
“Bae Suzy imnida” Yeoja itu tiba-tiba sadar dan memperkenalkan dirinya sendiri.
“Suzy-ah, gwenchana????” ujar Jiyeon penuh khawatir. Suzy tersenyum lemah, mengisyaratkan bahwa teman-temannya tidak perlu khawatir. Suzy menatap ke arahku
“Kamsahamnida, Jinri-ssi” ujarnya sambil melakukkan bow 90 degree, diikuti oleh ketiga temannya
“Gomawo, Jinri-ssi” Mereka mengucapkannya serempak. Aku membalas bow mereka.
“Ah! Kebetulan aku membuat banyak makanan hari ini, sebagai tanda teima kasih, kau makanlah dulu bersama kami disini, ne?” Sohee menawarkan sesuatu yang benar-benar sangat kusukai. Makanan.
“NE!! Kebetulan aku sangat lapar, temanmu ini sangat berat, aku kehilangan banyak energi” ujarku sambil mengelus perutku dan menatap Suzy.
“Mianhae” balasnya polos, melihat hal itu secara spontan kami semua tertawa, menertawai kepolosan Suzy yang keterlaluan.
2 jam kemudian
“Eummm, kenapa kalian bisa berada di gudang” Kami telah selesai menyantap hidangan yang menurutku, rasanya seperti buatan koki prefesional. Saat kutanya mereka membeli dimana makanan ini, mereka akan selalu menjawab ‘Ini buatan Sohee’. Sulit untuk dipercaya, karena rasanya amat sangat amat banget DAEBAK!! Kau tidak akan pernah percaya jika tidak mencobanya sendiri dengan lidahmu.
“Eohh? Ini bukan gudang, ini G CLASS!!” ujar Minseok dengan sangat bangga
“Eh? G Class? Aku tidak membaca nama kelas itu di brosur sekolah” aku menatap mereka heran
“Kami memang jarang dicantumkan untuk brosur-brosur yang dikirim untuk keluarga berada Seoul” ujar Jiyeon agak dingin. Dia menatapku penuh curiga, seakan-akan aku akan menerkamnya.
“Ohhh~” Aku berpikir selama beberapa menit. Jika kelas ini tidak dicantumkan di dalam brosur, itu berarti ini adalah kelas buangan. Jika ini kelas buangan, maka tidak ada jadwal tetap di kelas ini (ini hanya perkiraanku ^^v).
“Eummm, apakah aku bisa masuk ke kelas ini?” Mereka semua menatapku tidak percaya. Tapi, hanya dalam hitungan detik waja mereka berubah menjadi berseri-seri.
“Jinjja? Kau serius? Kau tahu apa yang akan terjadi padamu mungkin akan sama seperti yang Suzy alami tadi pagi. Di bully setiap harimu di sekolah ini”
“Ne! I already know that. But, i want to enter this class” ujarku yakin.
Mereka memelukku erat. Entah, sudah berapa lama aku tidak mendapatkan pelikkan sehangat ini. Tapi, ada satu hal yang aku yakin pada kelas ini, entah darimana keyakinanku ini,
I believe, in this class i can see my way to be free, free to be myself. Just in this class, i can fly out from my golden-cage
Like a bird..

~O~

“Jinri! Kenapa kau bolos sekolah hari ini?”
“Aku pergi ke lapangan baseball!”
Ya, setelah resmi masuk ke G class beberapa hari yang lalu, aku memang selalu pergi ke lapangan baseball bersama Minseok, Jiyeon, Sohee, dan Suzy. Ternyata benar, aku bisa bebas. Tapi konsekuensinya aku dihitung tidak pernah pergi ke sekolah, aku tahu itu sejak awal. Sehingga sekarang, aku menghadiri sidang eksekusi dari appaku. Pemaksa. Dia selalu ingina aku mengikuti jejaknya ataupun jejak omma untuk menjadi seorang business-woman ataupun entertainer. Tapi, bahkan sejak aku kecil, mimpipun aku tidak pernah ingin menjadi salah satu dari kedua profesi diatas. Memuakkan!
“CIHHH!! Kenapa kau selalu membantah appa!! Appa tidak akan pernah setuju dengan cita-citamu yang tidak berguna itu! Contohlah oppamu itu, dia mengikuti jejak appa dan omma dengan sangat baik, sekarang buktinya, dia hidup mapan dan bahagia!” ujar appaku penuh penekanan. Aku menatap tajam appaku tepat di manik matanya.
“Aku bukanlah boneka yang bisa appa atur sesuka hati seperti oppa! Aku adalah burung yang appa kurung di sangkar emas sehingga aku tidak bisa bebas untuk terbang di jalanku. Tapi, sekalipun aku berada di dalam sangkar, aku tak akan pernah bisa appa tangkap lalu dimainkan. Aku akan terus memberontak, sampai suatu saat kandang itu hancur dan aku bebas untuk terbang. Sampai dunia berakhir, aku hanya punya satu jalan yang tak akan pernah berubah, yaitu kebebasan. Camkan itu appa!” Aku segera meninggalkan ruangan appaku yang mungkin sebentar lagi akan menjadi arena amukkannya. Aku melangkah keluar tanpa keraguaan apapun. Dan dalam kamusku, belum pernah ada kata ragu. Aku yakin dengan apa yang aku yakini.

Its my way, so, i never hesitant of that
And always step on my way...

~o~
Author POV

Seorang namja terlihat sedang memperhatikan selembar foto di tangannya.
“Do you ever know how much i miss you?”
“I though, you won’t know it forever”
“I want to see your smile again, in front of me, just for me, not for each other”
Namja itu meneteskan sebulir bening air dari sudut matanya, menandakan betapa besar ia merindukan orang yang menjadi subjek utama foto itu, foto yang ia ambil sekitar 9 tahun yang lalu.
“I miss you...”

TBC...

Next part:

??: Secret Life

No comments:

Post a Comment