About Site ^^

Saturday, September 21, 2013

School Rush part 1



Author                       : xiubell (@sprinkaan29)
Rating                        : SU
Genre                        : School life, family, friendship, lil’ bit violence, romance, dll
Lenght                       : Multi chapter ( 1 of ??)
Main Cast                 :
·        Park Jiyeon
·        Bae Suzy
·        Lee Jieun
·        Ahn Sohee
·        Choi Jinri
·        Park Chanyeol
·        Kim Myungsoo
·        Kim Minseok
·        Lee Howon
·        Xi Luhan
Genre                        : School life, Friendship, Family, Romance, etc.
Rating                        : 15+
B/N                          : T.T buat FF E.T bellalang minta bantuan buat ulzzangnya... gak ktemu2. Jadi, bellalang post nih FF dlu. Ini juga bellalang post d HSF.^^
Summary                  :Ini adalah kisah yang terjadi sebuah sekolah, dimana ada perbedaan kasta yang sangat mencolok. Tertinggi dan paling berkuasa menindas yang lemah dan tidak berdaya. Tapi, jangan pernah melupakkan satu hal, kelemahan adalah sumber kekuatan, dan kekuatan adalah cerminan dari kelemahan.
Dan cerita ini, adalah kehidupan para penghuni sekolah tersebut. G class and S class.
Di sekolah ini, tak ada kata teman
Tapi, di kelas ini,
Kita akan mulai membuat sebuah keajaiban

Rush 1
Park Jiyeon : I Hate My Fake Family!
Mereka bukan keluargaku.
Aku, adalah Jiyeon. Bukan PARK Jiyeon!!

Ckerk!
Gadis itu melihat hasil foto yang diambilnya.
“Hmmm, not bad..”
Dia kembali melanjutkan aktivitasnya, sampai ia sadar bahwa rintik hujan mulai membasahi lensa kameranya. Gadis itu menengadah ke langit.
“Akhh.. Jinjja?!! Ckkk” Dengan terpaksa gadis itu membereskan peralatan fotografinya. Setelah itu, ia segera berlari menuju sepeda yang diparkirkannya di sebuah kedai yang sudah tutup. Ia lama memperhatikan hujan yang semakin deras. Ia memutuskan untuk berteduh di kedai dulu, sampai hujan reda. Gadis itu berdiri agak dekat dengan jalanan, sambil menampung tetesan hujan ditangannya, terkadang mengambil gambar tetesan hujan dengan kameranya. Tanpa disadarinya, sebuah mobil melaju cukup kencang dan itu membuat genangan air yang dilalui si mobil  ‘mengguyur’ sebagian tubuh gadis itu beserta kamera yang sedang digenggamnya.
“AKHHH!!!” Gadis itu sempat melihat plat mobil yang membuat kameranya basah. Dia menatap tajam ke arah mobil itu. Ia cepat-cepat mengelap kemeranya dan karena terlalu terburu-buru, lap yang ia pakai jatuh ke lantai yang kotor terkena air genangan tadi.
“Ahhh~ Ottokhae?” gadis itu terus mengeluarkan suara keluhan dari bibirnya. Dia melihat angka 8 p.m di jam digitalnya. Tapi, hujan masih belum juga reda. Dia menatap pasrah ke jalanan di depannya.
Karena keadaan yang mendesak, dia segera memasukkan kameranya ke tas lalu mulai mengayuh sepedanya, menerobos hujan yang terhitung msih cukup deras. Untungnya, tas kameranya anti air, sehingga air hujan tidak akan merusak kamera yang sangat berharga untuknya.
Akhirnya, setelah berjuang menempuh perjalanan yang ekstrim(Asal tau aja, hujan kali ini disertai angin yang cukup membuat seluruh tulang kedinginan), gadis itu sampai di depan sebuah gerbang. Gerbang yang di anggapnya lebih mengerikan dibanding gerbang neraka sekalipun, gerbang rumah ‘Keluarga Park yang terhormat!’. Dengan otomatis, gerbang itu terbuka untuknya. Tanpa disengaja, ia melihat sebuah mobil sport keluaran ferrari berwarna hitam yang terparkir di depan tangga masuk rumahnya.
“Mobil ini...” dia mengingat-ingat plat yang terpasang di sisi depan mobil itu
“Ahhh... Jadi, orang itu yang membuat kameraku basah?” Dengan berat, dia membuang napas pasrah. Rencananya, jika dia menemukan mobil sialan yang tadi, dia akan merusak dan memarahi si pemilik mobil. Tapi, setelah tau bahwa si pemilik mobil ini adalah ‘orang penting’ di ‘istana’ ini, dia memiliki rencana lain. 
Dengan enggan, (ralat: Dengan SANGAT ENGGAN) dia masuk ke dalam rumah itu, setelah sebelumnya ia meletakkan sepedanya di sembarang tempat dekat tangga masuk. Pintu masuk ‘rumah’nya terbuka dengan otomatis juga. Dia melangkah santai menuju kamarnya yang berada di lantai dua, ketika akan menaikki tangga, sebuah suara memanggilnya dari arah ruang makan (ruang makannya ada di sekitar daerah tangga).
“PARK JIYEON!!” bentak suara itu dengan nada mengancam yang sangat ketara.

Jiyeon POV
Aku menghentikan langkahku di anak tangga kedua.
“Kemana saja kamu? Kau tahu jam berapa sekarang?!!!” ujar si ‘raja’ rumah ini
Aku berbalik menatap orang yang ‘seharusnya’ aku panggil appa itu dengan malas.
“Sejak kapan kau peduli, hah? Bukan urusanmu aku mau pulang jam berapa pun yang aku suka. Urus saja anak emasmu itu” Aku menatap malas namja tinggi yang sedang duduk di sisi kanan ‘appa’ku
“Dia sudah melakukan kesalahan, tetapi tidak mau meminta maaf. Sebelum kau atur aku, atur saja dulu ‘keluarga’mu” ujarku tajam dengan memberi penekanan di kata ‘keluarga’
“Park Jiyeon! Bersikaplah sopan pada appamu!” bentak seorang ‘nenek sihir’ pujaan ‘appa’. Aku memutar bola mataku malas, dan berjalan turun ke arah meja makan. Aku berhenti di sisi yang berlawanan dengan si ‘nenek sihir’, lalu aku mencondongkan tubuhku dan menjadikan kedua tanganku sebagai tumpuan. Menatap matanya lurus dan tajam.
“Heh, KAU. TIDAK. PUNYA. HAK. Untuk mengaturku! Jadi, tidak usah bersusah payah membuka mulut ularmu itu, hanya untuk mengaturku”
Plakk!
Aku merasakan perih di pipi sebelah kiriku, aku menatap orang yang melayangkan tangannya untuk menamparku. Park Chanyeol.
“Berikaplah sopan pada kami, kau juga harus menyadari posisimu di rumah ini. Kau ada disini, hanya karena belas kasihan appa. Jadi, minta maaflah, Jichan!” Dia menatapku kosong. Aku hanya membalasnya dengan tatapan tidak percaya.
“Mianhae” ucapku lirih.
BRAKK!! (ßsuara gebrakkan meja)
“DAN JANGAN PERNAH PANGGIL AKU DENGAN NAMA ITU LAGI, PARK CHANYEOL YANG TERHORMAT” teriakku penuh amarah
 Aku segera berlari meninggalkan ruang makan, menuju kamarku. Kubanting pintu kamarku cukup keras. Punggungku tersender lemas di belakang pintu. Perih masih terasa di pipiku. Cairan hangat mulai mengalir dari kedua sisi mataku. Oh, ayolah Jiyeon, ini bukan pertama kali! Tapi, kenapa efeknya tetap sama??
“Oppa~” ujarku lirih, hampir tidak terdengar. Aku menatap jendela di depanku, hujan masih begitu deras.
CTARRRR!!
“KYAAAAAAAA!!!” Aku menutup kedua telingaku. Seluruh tubuhku gemetar ketakutan. Tubuhku meringkuk di belakang pintu. Air mata semakin deras mengalir dari mataku.
“Oppa~ aku takut!!” gumamku refleks.
Aku melangkah gontai menuju ranjangku. Kurebahkan tubuhku yang terasa begitu lemas. Aku menutup kedua mataku dengan punggung lenganku.
“Oppa, KAU PEMBOHONG!!!! Tangan besarmu, tak pernah melindungiku. Tangan itu, kau gunakan untuk menyakitiku!!”
Suara petir masih terus menyambar di luar, malam ini mungkin akan menjadi mimpi buruk lagi.

Cause there be no sunlight, if i lose you baby
There be no clear skies, if i lose you baby
Just like the clouds, my eyes will do the same
If you walk away, everyday it will rain
(It Will Rain-Bruno Mars)

~o~
Ctaaaarrrr!!!!!!!
“Huwaaaaaa~ Chanchan oppa~” seorang gadis kecil terus menangis memanggil nama kakaknya. Dia terbangun dari akibat petir yang begitu keras. Gadis kecil itu sangat takut pada petir. Dia keluar dari kamarnya, dan menuju kamar kakaknya. Tanpa ketukkan, dia segera berlari ke arah kakaknya yang masi tertidur pulas di kasur. Gadis itu naik ke kasur kakaknya, dan segera memeluk kakaknya itu.
Ctarrr!
Petir yang lebih hebat membuat si kakak terbangun dari tidurnya. Mendapati si adik yang memeluknya dengan gemetar, dengan refleks dia balas memeluk si adik.
“Jangan takut, Chanchan akan selalu ada untuk Ji-chan” bisik si kakak tulus di telinga si adik. Si adik yang mendengar itu, mendongkkan kepalanya, dan menatap kakaknya polos.
“Benarkah??” tanya si adik mencari kepastian.
“Tentu, saja. Kau lihat, tangan oppa akan jadi lebih besar, begitupun tubuh oppa.Dengan tangan yang besar dan tubuh yang juga besar, Chanchan akan melindungi Jichan, dari petir, anak-anak nakal, penjahat, tikus, kecoak, lalat, nyamuk, harimau, gajah....”
Cupp! Si adik mengecup cepat pipi sang kakak. Si adik tersenyum polos pada sang kakak.
“Ne, gomawoyo, Chanchan oppa”
~o~
“Selamat pagi, pak Go...” sapa Jiyeon ramah pada pengurus kebun ‘rumahnya’
“Selamat pagi, nona Park” balas si penjaga kebun usil
“YAKK!! Jangan panggil aku dengan sebutan ‘nona’, apalagi di embeli dengan kata ‘Park’! Huh! Anda menyebalkan!!” Jiyeon menggerutu marah dan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
“Hahahhaa, mianhae, Jiyeon. Oh ya, sepeda anda sudah saya letakkan di bagasi. Kemarin anda ceroboh sekali, meninggalkan sepeda ini di tengah hujan”
“Eoh? Ahh, mianhae, Go haraboeji” balas Jiyeon ceria. Dia segera menuju bagasi untuk mengambil sepedanya. Tapi, belum juga mencapai jarak 1m dari bagasi, ia melihat seorang pelayan membawa sepedanya keluar dan membuangnya asal, seperti sebuah sampah.  Dan tak lama, sebuah mobil keluar dari bagasi itu. Jiyeon menatap tajam kearah si pengendara mobil, Park Chanyeol. Dia tidak tahu, seperti apa tatapan balasan dari namja itu, karena sebuah kacamata hitam terpasang pas di depan mata namja itu. Jika para yeoja lain yang melihat pemandangan ini, mungkin sejak tadi mereka sudah berteriak tidak jelas. Tapi dia, seorang Park Jiyeon. Mesin mobil itu mulai dihidupkan oleh si pemilik mobil, dan dengan cepat melewati Jiyeon begitu saja. Tanpa salam, tanpa basa-basi. Inilah yang terjadi sekarang. Jiyeon sudah tidak ingat lagi, kapan terakhir kali ia mendengar ‘oppa’nya memanggil nama kecilnya.
“Huh! He’s not your brother, Jiyeon! Remember it!” desis Jiyeon lirih, penuh kebencian. Jiyeon dengan cepat berlari menghampiri sepedanya, lalu mengendarainya dengan sangat cepat. Bukan karena ia takut terlambat, tapi ia butuh pelampiasan emosi.
Tanpa gadis itu sadari, sepasang mata terus memperhatikannya yang menggendarai sepeda dengan brutal.
“Mianhae” lirih si pemilik sepasang mata itu
            ~o~
Kringg!!! Kringggg!! (ß anggap bunyi bel ^^)
Bel masuk berbunyi, banyak anak yang sibuk berlari agar tidak terlambat sampai di kelasnya masing-masing. Sedangkan aku? Hanya berjalan santai menyusuri koridor, tentunya dengan sebuah permen karet yang masih kumainka daan sepasang headset yang terpasang ditelingaku. Terlambat? Tidak ada satupun murid yang tidak tahu, bahwa aku adalah anggota dari kelas TERBEBAS di sekolah ini. G class. Hanya ada satu guru yang akan memarahi kami, tapi, toh dia juga tidak akan marah soal keterlambatan, apalagi di jam awal. Terlalu asyik dengan lagu yang kudengarkan dari iPodku, sehingga aku tidak memperhatikan sekitar
BRUAKKKK!
“Auchhh!! Akhhh!!” keluhku dan si penabrakku berbarengan
Aku dengan refleks mengelus bagian tulang ekor bawahku, sakit sekali! Aku berusaha mencoba untuk berdiri. Appo! Ini benar-benar sakit.
“Mianhae, nan jeongmal mianhaeyo, aku tidak sengaja, sungguh!”
Akhirnya, dengan susah payah aku bisa berdiri dengan benar, walau masih memegangi daerah yang sakit. Si penabrakku juga terlihat kesakitan, dia membereskan buku dan beberapa peralatan lainnya, lalu segera berdiri. Aku menatap si penabrak dengan death-glareku.
“Mianhae, gwenchana??” ujar gadis itu khawatir. Dia memperhatikanku yang terus megelus bagian yang sakit, lalu beralih menatap mataku cemas.
Aku hanya membalasnya dengan anggukan singkat.
“Ahhh, syukurlah. Kau benar-benar tidak apa-apa kan? Bagaimana kalau kau kuantar ke UKS?”
“Tidak usah. Seharusnya, aku juga minta maaf. Toh, tadi aku tidak memperhatikan jalan. Mianhae” ujaku tulus.
“Oh ya, apa kau tahu jalan menuju ruang G class?” tanyanya polos. MWO??!! Aku menatap tidak percaya pada gadis di hadapanku ini. Seorang murid kelas lain menanyakan jalan menuju kelasku?
“Ehh, jangan menatapku seperti itu, memangnya aku hantu?Kau tahu atau tidak, nona...”
“Jiyeon”
“... nona Jiyeon?” lanjutnya
“Tentu, saja. Aku adalah salah satu murid G class. Tapi, sebelum aku memberi tahu jalan menuju kelas, beritahu dulu aku namamu”
“Ahh, iya, sampai lupa” gadis ini menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
“Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku secara formal, khusus untuk teman yang baru saja kudapatkan” dia membungkukkan badanya hormat, melakukan bow.
“Joneun Bae Suzy imnida. Salam kenal” ujarnya dengan senyum yang terukir manis di wajahnya
Aku membalas senyumnya itu. Mungkin, dia akan mendaftar sebagai hal terpentingku lagi, setelah ke2 sahabatku dan tentunya kameraku.
Welcome to G class, Bae Suzy. And welcome to the HELL of THIS SCHOOL.

Tbc....
Next Chap    
Lee Jieun       : New Class, New Friend

No comments:

Post a Comment