Author : xiubell (@sprinkaan29)
Rating : SU
Genre : School life, family,
friendship, lil’ bit violence, romance, dll
Lenght : Multi chapter ( 1 of
??)
Main Cast :
·
Park Jiyeon
·
Bae Suzy
·
Lee Jieun
·
Ahn Sohee
·
Choi Jinri
·
Park Chanyeol
·
Kim Myungsoo
·
Kim Minseok
·
Lee Howon
·
Xi Luhan
Genre :
School life, Friendship, Family, Romance, etc.
Rating :
15+
B/N : T.T buat FF E.T bellalang minta bantuan buat ulzzangnya... gak ktemu2. Jadi, bellalang post nih FF dlu. Ini juga bellalang post d HSF.^^
Summary :Ini adalah kisah yang terjadi
sebuah sekolah, dimana ada perbedaan kasta yang sangat mencolok. Tertinggi dan
paling berkuasa menindas yang lemah dan tidak berdaya. Tapi, jangan pernah
melupakkan satu hal, kelemahan adalah sumber kekuatan, dan kekuatan adalah
cerminan dari kelemahan.
Dan cerita ini, adalah
kehidupan para penghuni sekolah tersebut. G class and S class.
Di sekolah ini, tak ada kata teman
Tapi, di kelas ini,
Kita akan mulai membuat sebuah keajaiban
Rush 1
Park Jiyeon : I
Hate My Fake Family!
Mereka bukan keluargaku.
Aku, adalah Jiyeon. Bukan PARK Jiyeon!!
Ckerk!
Gadis itu melihat hasil foto yang diambilnya.
“Hmmm, not bad..”
Dia kembali melanjutkan aktivitasnya, sampai ia sadar
bahwa rintik hujan mulai membasahi lensa kameranya. Gadis itu menengadah ke
langit.
“Akhh.. Jinjja?!! Ckkk” Dengan terpaksa gadis itu
membereskan peralatan fotografinya. Setelah itu, ia segera berlari menuju
sepeda yang diparkirkannya di sebuah kedai yang sudah tutup. Ia lama
memperhatikan hujan yang semakin deras. Ia memutuskan untuk berteduh di kedai
dulu, sampai hujan reda. Gadis itu berdiri agak dekat dengan jalanan, sambil
menampung tetesan hujan ditangannya, terkadang mengambil gambar tetesan hujan
dengan kameranya. Tanpa disadarinya, sebuah mobil melaju cukup kencang dan itu
membuat genangan air yang dilalui si mobil
‘mengguyur’ sebagian tubuh gadis itu beserta kamera yang sedang
digenggamnya.
“AKHHH!!!” Gadis itu sempat melihat plat mobil yang
membuat kameranya basah. Dia menatap tajam ke arah mobil itu. Ia cepat-cepat
mengelap kemeranya dan karena terlalu terburu-buru, lap yang ia pakai jatuh ke
lantai yang kotor terkena air genangan tadi.
“Ahhh~ Ottokhae?” gadis itu terus mengeluarkan suara
keluhan dari bibirnya. Dia melihat angka 8 p.m di jam digitalnya. Tapi, hujan
masih belum juga reda. Dia menatap pasrah ke jalanan di depannya.
Karena keadaan yang mendesak, dia segera memasukkan
kameranya ke tas lalu mulai mengayuh sepedanya, menerobos hujan yang terhitung
msih cukup deras. Untungnya, tas kameranya anti air, sehingga air hujan tidak
akan merusak kamera yang sangat berharga untuknya.
Akhirnya, setelah berjuang menempuh perjalanan yang
ekstrim(Asal tau aja, hujan kali ini disertai angin yang cukup membuat seluruh
tulang kedinginan), gadis itu sampai di depan sebuah gerbang. Gerbang yang di
anggapnya lebih mengerikan dibanding gerbang neraka sekalipun, gerbang rumah ‘Keluarga
Park yang terhormat!’. Dengan otomatis, gerbang itu terbuka untuknya. Tanpa
disengaja, ia melihat sebuah mobil sport keluaran ferrari berwarna hitam yang
terparkir di depan tangga masuk rumahnya.
“Mobil ini...” dia mengingat-ingat plat yang terpasang
di sisi depan mobil itu
“Ahhh... Jadi, orang itu yang membuat kameraku basah?”
Dengan berat, dia membuang napas pasrah. Rencananya, jika dia menemukan mobil
sialan yang tadi, dia akan merusak dan memarahi si pemilik mobil. Tapi, setelah
tau bahwa si pemilik mobil ini adalah ‘orang penting’ di ‘istana’ ini, dia
memiliki rencana lain.
Dengan enggan, (ralat: Dengan SANGAT ENGGAN) dia masuk
ke dalam rumah itu, setelah sebelumnya ia meletakkan sepedanya di sembarang
tempat dekat tangga masuk. Pintu masuk ‘rumah’nya terbuka dengan otomatis juga.
Dia melangkah santai menuju kamarnya yang berada di lantai dua, ketika akan
menaikki tangga, sebuah suara memanggilnya dari arah ruang makan (ruang
makannya ada di sekitar daerah tangga).
“PARK JIYEON!!” bentak suara itu dengan nada mengancam
yang sangat ketara.
Jiyeon POV
Aku menghentikan langkahku di anak tangga kedua.
“Kemana saja kamu? Kau tahu jam berapa sekarang?!!!”
ujar si ‘raja’ rumah ini
Aku berbalik menatap orang yang ‘seharusnya’ aku
panggil appa itu dengan malas.
“Sejak kapan kau peduli, hah? Bukan urusanmu aku mau
pulang jam berapa pun yang aku suka. Urus saja anak emasmu itu” Aku menatap
malas namja tinggi yang sedang duduk di sisi kanan ‘appa’ku
“Dia sudah melakukan kesalahan, tetapi tidak mau meminta
maaf. Sebelum kau atur aku, atur saja dulu ‘keluarga’mu” ujarku tajam dengan
memberi penekanan di kata ‘keluarga’
“Park Jiyeon! Bersikaplah sopan pada appamu!” bentak
seorang ‘nenek sihir’ pujaan ‘appa’. Aku memutar bola mataku malas, dan
berjalan turun ke arah meja makan. Aku berhenti di sisi yang berlawanan dengan
si ‘nenek sihir’, lalu aku mencondongkan tubuhku dan menjadikan kedua tanganku
sebagai tumpuan. Menatap matanya lurus dan tajam.
“Heh, KAU. TIDAK. PUNYA. HAK. Untuk mengaturku! Jadi,
tidak usah bersusah payah membuka mulut ularmu itu, hanya untuk mengaturku”
Plakk!
Aku merasakan perih di pipi sebelah kiriku, aku
menatap orang yang melayangkan tangannya untuk menamparku. Park Chanyeol.
“Berikaplah sopan pada kami, kau juga harus menyadari posisimu
di rumah ini. Kau ada disini, hanya karena belas kasihan appa. Jadi, minta maaflah,
Jichan!” Dia menatapku kosong. Aku hanya membalasnya dengan tatapan tidak
percaya.
“Mianhae” ucapku lirih.
BRAKK!! (ßsuara
gebrakkan meja)
“DAN JANGAN PERNAH PANGGIL AKU DENGAN NAMA ITU LAGI,
PARK CHANYEOL YANG TERHORMAT” teriakku penuh amarah
Aku segera
berlari meninggalkan ruang makan, menuju kamarku. Kubanting pintu kamarku cukup
keras. Punggungku tersender lemas di belakang pintu. Perih masih terasa di
pipiku. Cairan hangat mulai mengalir dari kedua sisi mataku. Oh, ayolah Jiyeon,
ini bukan pertama kali! Tapi, kenapa efeknya tetap sama??
“Oppa~” ujarku lirih, hampir tidak terdengar. Aku
menatap jendela di depanku, hujan masih begitu deras.
CTARRRR!!
“KYAAAAAAAA!!!” Aku menutup kedua telingaku. Seluruh
tubuhku gemetar ketakutan. Tubuhku meringkuk di belakang pintu. Air mata
semakin deras mengalir dari mataku.
“Oppa~ aku takut!!” gumamku refleks.
Aku melangkah gontai menuju ranjangku. Kurebahkan
tubuhku yang terasa begitu lemas. Aku menutup kedua mataku dengan punggung
lenganku.
“Oppa, KAU PEMBOHONG!!!! Tangan besarmu, tak pernah
melindungiku. Tangan itu, kau gunakan untuk menyakitiku!!”
Suara petir masih terus menyambar di luar, malam ini
mungkin akan menjadi mimpi buruk lagi.
Cause there
be no sunlight, if i lose you baby
There be no
clear skies, if i lose you baby
Just like
the clouds, my eyes will do the same
If you walk
away, everyday it will rain
(It Will
Rain-Bruno Mars)
~o~
Ctaaaarrrr!!!!!!!
“Huwaaaaaa~
Chanchan oppa~” seorang gadis kecil terus menangis memanggil nama kakaknya. Dia
terbangun dari akibat petir yang begitu keras. Gadis kecil itu sangat takut
pada petir. Dia keluar dari kamarnya, dan menuju kamar kakaknya. Tanpa
ketukkan, dia segera berlari ke arah kakaknya yang masi tertidur pulas di
kasur. Gadis itu naik ke kasur kakaknya, dan segera memeluk kakaknya itu.
Ctarrr!
Petir yang
lebih hebat membuat si kakak terbangun dari tidurnya. Mendapati si adik yang
memeluknya dengan gemetar, dengan refleks dia balas memeluk si adik.
“Jangan
takut, Chanchan akan selalu ada untuk Ji-chan” bisik si kakak tulus di telinga
si adik. Si adik yang mendengar itu, mendongkkan kepalanya, dan menatap
kakaknya polos.
“Benarkah??”
tanya si adik mencari kepastian.
“Tentu,
saja. Kau lihat, tangan oppa akan jadi lebih besar, begitupun tubuh oppa.Dengan
tangan yang besar dan tubuh yang juga besar, Chanchan akan melindungi Jichan,
dari petir, anak-anak nakal, penjahat, tikus, kecoak, lalat, nyamuk, harimau,
gajah....”
Cupp! Si
adik mengecup cepat pipi sang kakak. Si adik tersenyum polos pada sang kakak.
“Ne,
gomawoyo, Chanchan oppa”
~o~
“Selamat pagi, pak Go...”
sapa Jiyeon ramah pada pengurus kebun ‘rumahnya’
“Selamat pagi, nona Park”
balas si penjaga kebun usil
“YAKK!! Jangan panggil aku
dengan sebutan ‘nona’, apalagi di embeli dengan kata ‘Park’! Huh! Anda
menyebalkan!!” Jiyeon menggerutu marah dan menghentak-hentakkan kakinya kesal.
“Hahahhaa, mianhae, Jiyeon.
Oh ya, sepeda anda sudah saya letakkan di bagasi. Kemarin anda ceroboh sekali,
meninggalkan sepeda ini di tengah hujan”
“Eoh? Ahh, mianhae, Go
haraboeji” balas Jiyeon ceria. Dia segera menuju bagasi untuk mengambil
sepedanya. Tapi, belum juga mencapai jarak 1m dari bagasi, ia melihat seorang
pelayan membawa sepedanya keluar dan membuangnya asal, seperti sebuah
sampah. Dan tak lama, sebuah mobil
keluar dari bagasi itu. Jiyeon menatap tajam kearah si pengendara mobil, Park
Chanyeol. Dia tidak tahu, seperti apa tatapan balasan dari namja itu, karena
sebuah kacamata hitam terpasang pas di depan mata namja itu. Jika para yeoja
lain yang melihat pemandangan ini, mungkin sejak tadi mereka sudah berteriak
tidak jelas. Tapi dia, seorang Park Jiyeon. Mesin mobil itu mulai dihidupkan
oleh si pemilik mobil, dan dengan cepat melewati Jiyeon begitu saja. Tanpa
salam, tanpa basa-basi. Inilah yang terjadi sekarang. Jiyeon sudah tidak ingat
lagi, kapan terakhir kali ia mendengar ‘oppa’nya memanggil nama kecilnya.
“Huh! He’s not your brother,
Jiyeon! Remember it!” desis Jiyeon lirih, penuh kebencian. Jiyeon dengan cepat
berlari menghampiri sepedanya, lalu mengendarainya dengan sangat cepat. Bukan
karena ia takut terlambat, tapi ia butuh pelampiasan emosi.
Tanpa gadis itu sadari,
sepasang mata terus memperhatikannya yang menggendarai sepeda dengan brutal.
“Mianhae” lirih si pemilik
sepasang mata itu
~o~
Kringg!!! Kringggg!! (ß anggap
bunyi bel ^^)
Bel masuk berbunyi, banyak
anak yang sibuk berlari agar tidak terlambat sampai di kelasnya masing-masing.
Sedangkan aku? Hanya berjalan santai menyusuri koridor, tentunya dengan sebuah
permen karet yang masih kumainka daan sepasang headset yang terpasang
ditelingaku. Terlambat? Tidak ada satupun murid yang tidak tahu, bahwa aku
adalah anggota dari kelas TERBEBAS di sekolah ini. G class. Hanya ada satu guru
yang akan memarahi kami, tapi, toh dia juga tidak akan marah soal
keterlambatan, apalagi di jam awal. Terlalu asyik dengan lagu yang kudengarkan
dari iPodku, sehingga aku tidak memperhatikan sekitar
BRUAKKKK!
“Auchhh!! Akhhh!!” keluhku
dan si penabrakku berbarengan
Aku dengan refleks mengelus
bagian tulang ekor bawahku, sakit sekali! Aku berusaha mencoba untuk berdiri.
Appo! Ini benar-benar sakit.
“Mianhae, nan jeongmal
mianhaeyo, aku tidak sengaja, sungguh!”
Akhirnya, dengan susah payah
aku bisa berdiri dengan benar, walau masih memegangi daerah yang sakit. Si
penabrakku juga terlihat kesakitan, dia membereskan buku dan beberapa peralatan
lainnya, lalu segera berdiri. Aku menatap si penabrak dengan death-glareku.
“Mianhae, gwenchana??” ujar
gadis itu khawatir. Dia memperhatikanku yang terus megelus bagian yang sakit,
lalu beralih menatap mataku cemas.
Aku hanya membalasnya dengan
anggukan singkat.
“Ahhh, syukurlah. Kau
benar-benar tidak apa-apa kan? Bagaimana kalau kau kuantar ke UKS?”
“Tidak usah. Seharusnya, aku
juga minta maaf. Toh, tadi aku tidak memperhatikan jalan. Mianhae” ujaku tulus.
“Oh ya, apa kau tahu jalan
menuju ruang G class?” tanyanya polos. MWO??!! Aku menatap tidak percaya pada
gadis di hadapanku ini. Seorang murid kelas lain menanyakan jalan menuju
kelasku?
“Ehh, jangan menatapku seperti
itu, memangnya aku hantu?Kau tahu atau tidak, nona...”
“Jiyeon”
“... nona Jiyeon?” lanjutnya
“Tentu, saja. Aku adalah
salah satu murid G class. Tapi, sebelum aku memberi tahu jalan menuju kelas,
beritahu dulu aku namamu”
“Ahh, iya, sampai lupa”
gadis ini menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
“Baiklah, aku akan
memperkenalkan diriku secara formal, khusus untuk teman yang baru saja
kudapatkan” dia membungkukkan badanya hormat, melakukan bow.
“Joneun Bae Suzy imnida.
Salam kenal” ujarnya dengan senyum yang terukir manis di wajahnya
Aku membalas senyumnya itu.
Mungkin, dia akan mendaftar sebagai hal terpentingku lagi, setelah ke2
sahabatku dan tentunya kameraku.
Welcome to G class, Bae Suzy. And welcome to the HELL of
THIS SCHOOL.
Tbc....
Next Chap
Lee Jieun : New Class, New Friend
No comments:
Post a Comment