The
ROYALE FIGHT!!
Fight!! Side Story: Poor Child
A.N : Chap ini full of amber POV, supaya
semuanya jelas.
Kau telah memberiku mimpi terburuk
dalam hidupku...
Yaitu, dengan menjadi darah dagingmu
“Ibu, ibu aku ingin mainan ini,
bolehkah?”
“Ibu, aku menyayangi ibu, apa ibu
menyayangiku?”
“Ibu, apa aku punya ayah?”
“Ibu, kenapa ibu tak pernah menjawab
pertanyaanku?”
“Ibu, kenapa kau membereskan
barang-barangmu?”
“Ibu akan pergi? Kemana?”
“IBUUUUUUUUUUU~!!!!!!!!!!!!!!!!!!”
Hosh...hosh...hoshh....
Mimpi
itu lagi! Kenapa mimpi itu terus menghantuiku seperti ini?
Aku
melangkahkan kakiku menuju balkon. Purnama. Aku memandangi bola terang itu.
Bila kalian pikir aku suka bola terang itu, kalian salah besar!! Aku benci
bulan purnama. Rasanya, aku ingin menendang bola itu ke dalam blackhole, agar
aku tak melihatnya selamanya. Tapi, disisi lain, aku menyukai cahaya terang
bulan itu yang meneduhkan. Aneh? Ya, aneh memang. Aku kembali masuk ke dalam
apartementku, mengarahkan kakiku menuju dapur. Kubuka sebotol air mineral yang
tergeletak di atas meja. Asin. Hey, sejak kapan air mineral berasa asin?
Tesss..
Cih!
Aku mengusap air asin yang merangsek keluar dari sisi mataku. Terus seperti
itu, berulang-ulang. Kenapa air asin ini tak berhenti-berhenti juga?? Aku
mendongakkan kepalaku, berusaha memasukan kembali air asin yang terus menerus
keluar dari mataku. Pandanganku mengabur, air ini sudah banyak menggenang di
pelupuk mataku. Kenapa aku menangis? KENAPA AKU HARUS MENANGIS??
“Brengsek!”
kukepalkan tanganku, berusaha agar air asin ini berhenti mengalir
“Brengsek!
BERHENTI KELUAR DARI MATAKU!!”
Brukk.
Aku
jatuh berlutut di lantai dingin yang kupijak. Aku semakin mengeratkan
kepalanku, mengeratkan kedua kelopak mataku. Tapi, air asin sialan ini tak bisa
berhenti juga.
“AIR
ASIN IDIOTT!! BERHENTI KELUAR DARI MATAKU!!”
DUKK!
Aku
memukul lantai yang terasa amat dingin di lututku, sekuat aku menahan air asin
ini.
“Hiks...hiks...
ini bukan AIR MATA!! Aku TAK SUDI menangis untuk wanita brengsek itu!! YakK, air
asin IDIOT!! KUPERINTAHKAN KAU UNTUK BERHENTI!!” teriakku makin tak karuan,
seperti orang gila yang sedang mengamuk.
Bugg!bugg!bugg!
“Sesak.
Perih. KENAPA DISINI TERASA SAKITT??! BRENGSEKK!!” teriakku sejadi-jadinya. Aku
terus memukul-mukul dadaku, seperti orang sakit asma akut. Sangat sesak sekali.
Aku
menempelkan tubuhku di lantai dingin ini. Berharap dinginnya lantai ini mampu
membuatku melupakan rasa sesak di dadaku, dan menghentikan laju air asin yang
terus berlomba-lomba keluar dari sudut mataku.
Tapi,
tetap sama. Di ‘sini’ tetap terasa sangat sesak. Aku kembali memukul-mukul
dadaku, lebih keras lagi. Berharap rasa sakit didalamnya, tidak terasa lagi.
Air asin dari mataku mengalir semakin deras. Rasa sesaknya semakin membuatku
sakit.
“Wanita
brengsek!! Ini semua karena KAU!!”
Pandanganku
mengabur. Dan, seluruh tubuhku terasa lemas, dengan rasa sesak dan air asin
yang masih terus beraktivitas. Aku memejamkan mataku, berusaha melupakan semua
yang kurasakan. Tapi, lagi-lagi itu sia-sia. Aku tertidur, dengan keadaan yang
tetap tidak berubah.
~o~
Kau
memutar kembali roda kehidupanku...
“Hhahhahahaaaa, lihat dia! Si ANAK
HARAM daaaattangg~!!”
“Huuuuuuuuu~ Anak haram~anak
haram~!”
Aku hanya berusaha mengbaikannya,
dan terus berjalan menyusuri koridor. Berjalan cepat dengan kepala tertunduk,
berharap sampai kelas dengan cepat, dan dalam keadaan SELAMAT. Catat
itu!
Brukk!
Kakiku tersandung kaki seseorang,
dan wajahku jatuh tepat di depan kaki seorang namja kecil berwajah gothic.
Shit!Namja ini lagi! Aku yakin, yang tadi menyandungku adalah salah seorang
dayang-dayangnya. Cih! Aku segera bergegas untuk bangkit, tapi terlambat, namja
sialan itu terlebih dahulu menjambak rambut pendekku.
“Amber, kau tahu, kau lebih pantas
terus tiarap seperti ini, karena kau itu SAMPAH! Dan sam.pah, sudah seharusnya
berada di tanah, atau...” dia terdiam sebentar dan menatap mataku sinis
“... berada di tong sampah!”
Aku membelalakan mataku, ketika aku
merasakan sesuatu di tumpahkan ke atas kepalaku. Sampah. Dan, belum cukup,
dayang-dayangnya, menutup kepalaku menggunakan to.ng.sam.PAH! Aku hanya bisa
terdiam.
“HAHAHAHAHAHHA!!!! Kau sangat pantas
seperti itu, Amber!!”
“Dasar sampah! Huuuuuuuu~!!!”
“Kita tinggalkan sampah ini” ujar
namja itu.
Puih.Puih.
Mereka semua, membuang ludah ke
arahku. Aku mencoba bangkit, tapi tubuhku terasa sangat lemas, airmata mulai
menggenang di pelupuk mata kecilku. Aku kembali terjatuh dengan posisi
terduduk, dan memandang tanah dengan tatapan kosong.
“Apa aku, serendah itu? Kenapa semua
orang menganggapku sampah, dan membuangku seperti ini?Apa aku memang-”
“Kau bukan sampah!” ujar seseorang
sambil mengulurkan tangannya. Tangan yang mungil, tapi terlihat kuat.
Aku mendongakkan kepalaku. Mendapati
seorang namja berpipi tembam yang sedang tersenyum . Dan, entah, ketika aku
melihat gussy smile namja tembam ini, aku seperti tersihir begitu saja. Aku
merasa, roda kehidupanku mulai kembali begerak.
Kedua mataku, terkunci padanya.
“Hei, gwenchana?” namja itu mengibas-ngibaskan
tangannya yang bebas di depan wajahku.
“Eoh?” aku mengerjapkan mataku dan
menyambut uluran tangannya
Sesaat setelah aku berdiri, namja
itu menarik tanganku, menuju taman. Sesampainya disana, dia membawaku
kewestafel taman.
“Cucilah wajahmu”
Dengan segera aku mencuci wajah dan
tanganku. Untungnya, sampah yang di tumpahkan tadi adalah sampah non-organik.
Dan saat aku mencuci wajahku, namja itu terus memprhatikanku. Namja itu naik ke
atas westafel dan duduk di atas tembok westafel sebelah kananku.
“Siapa namamu?”
“Amber Liu” jawabku singkat
“Namaku Kim Min Seok. Aku dari grup
bakpao, kalau kau?”
“Aku baru masuk kemarin”
“Ohh, aku baru tahu ada murid baru
semanis kau, kenapa Myung tidak emberitahuku?” omel namja itu “ jadi kau belum
punya grup?”
Aku menggelengkan kepalaku sambil
terus mencuci tanganku yang kotor terkena tanah.
“Bagaimana kalau kau masuk ke
grupku??” ujarnya begitu antusias, seperti seorang kakek yang baru menemukan
gigi palsu yang hilang. Aku menatap tidak percaya pada namja itu.
“Tap..tap-ta...” Keputusaanku untuk
menatapnya, salah.SALAH BESAR. Karena ketika aku menatapnya dia sedang
tersenyum, dan senyumnya sangat manis.
‘Oh, God, Apakah namja ini malaikat?’
pikirku dalam hati
“Tidak ada tapi! Kau harus masuk
grupku!! Ya, ya,ya??” ujarnya memaksa. Aku hanya menganggukan kepalaku.
“YEIIII!!” teriaknya kegirangan. Aku
hanya menyunggingkan segaris tipis senyum. Melihat mata namja itu, membuatku
sama sekali tidak curiga dan tidak meragukan ketulusannya.
Aku terus memperhatikan namja yang
sekarang sudah berlari menjauh dari hadapanku sambil meloncat-loncat
kegirangan. Namja yang sangat manis dan polos. Aku tertawa keras saat melihat
namja itu hampir menabrak seorang haraboji.
“Kim Min Seok, setelah sekian lama,
hanya kau yang mampu membuatku tertawa dan melupakan penderitaanku” aku menatap
jalanan yang tadi dilewati olehnya “Mungkin, kau adalah malaikat yang dikirim
Tuhan untukku. Kau, memutar kembali roda kehidupanku, Min Seok”
~o~
“Ayo, anak-anak, segera berkumpul
dalam grop kalian. Kita akan membuat..... MOSAIK!!” teriak Jihyun saem. Dan
seketika itu juga, kelas menjadi sangat ramai. Anak-anak mulai mencari tempat
untuk berkumpul. Aku hanya diam memperhatikan mereka.
“Amber-ah, maukah kau se-grup
denganku?” ujar seorang yeoja kecil yang duduk di sampinku. Aku mengernyitkan
dahiku dan menatapnya.
“Eumm, ahh, joneun Choi JinRi
imnida, panggil saja aku Sulli. Kemarin aku tidak hadir karena sakit. Dan,
kebetulan, dari dulu aku tak pernah mendapat grup. Karena itu, kau mau satu
grup denganku?” ujarnya
“TIDAK BISA!!! Dia sudah satu grup
denganku!” jawab seorang namja secara tiba-tiba. Kami memperhatikan namja itu.
“Kalau kau mau, kau satu grup saja
denganku juga, ne?Kebetulan anggota grupku hanya baru 3 orang. Aku, Amber
dan...” Dia menolehkan kepalanya ke samping kanan. Tapi, sepertinya, dia tidak
menemukan siapapun disana. Dia menolehkan kepalanya ke segala penjuru kelas,
sepertinya, dia mencari seseorang.
“DORRRRRR!!!!!!”
“EKHHH!Bakpao~ehhh, daging ~” latah MinSeok
Kami memperhatikan namja yang baru
saja datang mengagetkan MinSeok tadi. Tampan. SANGATTT TAMPAN! Aku dan Jinri
diam terpaku menatap wajah namja kecil tadi.
“YAK! Myung-ah! Kau JAHAT!!” Minseok
meninju namja bernama Myung itu. Mereka terlihat sangat akrab.
“Mianhae, mandooo~” Myung mengacak
acak rambut Minseok
Aku dan Jinri hanya bisa tertawa
melihat tingkah aneh mereka. Melihat kami yang tertawa, mereka juga ikut
tertawa, menertawakan tingkah mereka sendiri.
‘Minseok,
terima kasih, kau telah membawaku keluar dari bayangan, dan menggiringku ke
tengah cahaya’
~o~
Amber,
anakku, maafkan ibu,
Ibu
tidak bisa lagi hidup di sisimu
Ibu
sudah memiliki kehidupan yang lebih baik.
Maaf,
jika ibu meninggalkanmu dengan cara seperti kemarin
Maaf,
karena ibu, tidak bisa merawatmu lagi
Maaf,
karena ibu membuatmu menderita
Kau
akan bahagia hidup dengan haraboji.
Ibu,
Aku membaca surat itu dengan
gemetar. Ternyata, ibu benar-benar meninggalkanku. Lagi-lagi, aku merasa
seperti sampah. Kenapa ibu begitu membeciku? Kenapa ibu meninggalkanku?Apa ibu
menyesal melahirkanku? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar-putar di
kepalaku. Aku tak kuasa untuk menahan tangisku lebih lama lagi. Kenapa? Kenapa
hidupku harus seperti ini?
“Hikss, hikss, kalau ibu memang
membenciku, kenapa ibu tidak membunuhku saja?” isakku
Surat yang kutemukan di dalam loker
sekolahku itu, sekarang sudah berada dilantai. Aku terus menangis. Usiaku belum
genap 6 tahun, tapi kenapa hidupku seperti ini? Aku menangis bukan untuk
seorang ibu yang telah membuangku, aku menangisi hidupku yang seperti ini.
Kehidupan yang tidak seharusnya dialami seorang anak kecil yang masih duduk di
bangku TK.
“Kau kenapa, Amber-ah?” tanya
seorang namja kecil padaku
Aku mendongakkan kepalaku, dan
mendapati Minseok sedang menatapku khawatir. Aku yang sudah kehilangan akal,
langsung memeluk Minseok dengan erat.
“Kau tidak akan sama seperti yang
lain kan?” Tubuhnya sangat hangat
“A-apa maksudmu?” ujarnya tergagap,
dia membeku dengan posisinya, mungkin dia masih kaget akan sikapku
“Kau tidak akan pernah meninggalkan Amber
kan?” Aku semakin mengeratkan pelukanku
“....”
“Kau akan selalu menjadi sahabat
Amber kan, Minseok?”
“Tentu saja, aku sebenarnya tidak
mengerti kenapa kamu seperti ini. Tapi, kamu tenang saja, Mber, Minseok ini tak
akan pernah menjadi orang lain. Ne? Jadi, jangan menangis lagi, ya?” ujarnya
sambil menepuk-nepuk punggungku
Pelukannya sangat hangat, sangat
nyaman. Aku hanya mengangguk di dalam pelukkannya.
~o~
“Yeoboseo?”
“.................”
“Untuk apa kau
meneleponku lagi?!!!!” bentakku pada orang yang meneleponku
“.............”
“CIH!! Setelah
meninggalkanku bertahun-tahun, kau ingin meminta bantuanku?”
“..................”
“APA??”
“..................”
“HEH?! Kau kira
aku akan melakukan hal itu? Demi orang yang kubenci?”
“..................”
“Jieun? Kau
bilang untuk Jieun?”
“.................”
TUUTTTTTTTTT
Handphoneku
tergelincir dari gengammanku. Aku mematung di tempatku. Hal yang baru saja
kudengar, kini mulai membuat roda hidupku melambat, yang entah kapan akan
kembali terhenti. Kini, air mata yang sudah sejak lama tidak kuakui sebagai
airmata itu (?) kembali jatuh dari sepasang mataku ini. Jieun! Hanya itu yang
terlintas di pikiranku saat ini. Gadis ceria itu, sekarang kehilangan sumber
cahayanya! Lee Jieun, yeodongsaeng yang sudah menjadi orang terpenting kedua di
hidupku setelah Minseok, membutuhkan cahaya yang kumiliki!
~o~
No comments:
Post a Comment